Selamat datang di website SMA Negeri 1 PatiSelamat datang di website SMA Negeri 1 PatiSelamat datang di website SMA Negeri 1 PatiSelamat datang di website SMA Negeri 1 PatiSelamat datang di website SMA Negeri 1 PatiSelamat datang di website SMA Negeri 1 PatiSelamat datang di website SMA Negeri 1 PatiSelamat datang di website SMA Negeri 1 PatiSelamat datang di website SMA Negeri 1 PatiSelamat datang di website SMA Negeri 1 PatiSelamat datang di website SMA Negeri 1 Pati
Selamat datang di website SMA Negeri 1 PatiSelamat datang di website SMA Negeri 1 PatiSelamat datang di website SMA Negeri 1 PatiSelamat datang di website SMA Negeri 1 PatiSelamat datang di website SMA Negeri 1 PatiSelamat datang di website SMA Negeri 1 PatiSelamat datang di website SMA Negeri 1 PatiSelamat datang di website SMA Negeri 1 PatiSelamat datang di website SMA Negeri 1 PatiSelamat datang di website SMA Negeri 1 PatiSelamat datang di website SMA Negeri 1 Pati
17Apr2023

Optimalisasi Keterampilan Berbicara melalui Penerapan Metode Silent Way Berbantuan Text to Speech WhatsApp

Ditulis oleh: Retna Widowati, SMAN 1 Pati, Jawa tengah

Metode ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa melalui metode pembelajaran silent way berbantuan fitur text to speech di WhatsApp. Metode ini ini diterapkan pada siswa kelas XI-IPA1 SMAN 1 Pati semester ganjil tahun ajaran 2017/2018 dengan dua siklus. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan rubrik penilaian speaking. Analisis data dilakukan dengan menghitung frekuensi pengulangan berbicara dengan text to speech di WhatsApp dan persentase siswa dalam setiap level mulai dari terendah ke tertinggi (very poor sampai excellent). Hasil metode ini menunjukkan bahwa metode ini mampu meningkatkan keterampilan berbicara dengan indikator keberhasilan yakni penurunan frekuensi pengulangan berbicara dan peningkatan persentase siswa pada level excellent.

Penerapan Metode Silent Way

Bahasa Inggris merupakan bahasa asing yang paling populer di Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari Undang-Undang pendidikan di Indonesia yang mewajibkan bahasa Inggris sebagai bahasa asing pertama yang wajib diajarkan di semua jenjang pendidikan. Bahasa Inggris juga dijadikan sebagai ukuran untuk menentukan kelulusan siswa pada suatu jenjang pendidikan, misalnya Ujian Nasional. Dapat dikatakan bahwa kemampuan bahasa Inggris menjadi salah satu kemampuan penting dan utama yang harus dikuasai oleh siswa, terutama siswa di pendidikan menengah atas atau SMA. Ditambah lagi, dalam ujian masuk perguruan tinggi, bahasa Inggris merupakan salah satu materi yang diujikan. Bahasa Inggris juga merupakan bahasa pengantar yang digunakan dalam pembelajaran saat nanti mereka di perguruan tinggi.

Kemampuan bahasa Inggris meliputi empat aspek yakni membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara. Bahadorfar & Omidvar (2014) menjelaskan bahwa dari keempat aspek tersebut, keterampilan berbicara merupakan yang paling penting dalam pembelajaran. Kemampuan berbicara juga merupakan yang paling menantang karena membutuhkan keterampilan yang kompleks, tidak hanya sekedar menyampaikan ide secara lisan (Abrar, Mukminin, Habibi, Asyrafi, & Makmur, 2018). Namun, pembelajaran bahasa Inggris terkait dengan aspek berbicara tampaknya masih belum berjalan dengan baik, terutama di negara Asia termasuk Indonesia. Penyebab utama dari kondisi ini karena siswa merasa takut dan malu untuk berbicara dalam kelas sehingga siswa cenderung merespon dengan frasa yang pendek ketika diajak berinteraksi. Hal ini menunjukkan bahwa mereka tidak cukup nyaman mengekspresikan ide mereka dan menggap dirinya memiliki kosa kata yang terbatas (Dewi, Kultsum, & Armadi, 2017). Abrar dkk. (2018) juga menemukan bahwa setidaknya ada empat faktor yang menjadi kendala siswa dalam mengembangkan keterampilan berbicara, antara lain kendala bahasa, psikologi, lingkungan belajar, dan berlatih bahasa. Lebih lanjut Tuan & Mai (2015), Jindathai (2015), dan Jannah & Fitriati (2016) lebih menekankan pada faktor psikologis sebagai kendala utama.

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, kendala-kendala tersebut juga dirasakan oleh siswa di SMA Negeri 1 Pati. Proses pembelajaran dalam kelas sebenarnya telah berjalan cukup aktif tetapi masih didominasi oleh siswa-siswa tertentu. Beberapa siswa juga terlihat bosan dan beberapa mengeluh karena merasa kurang percaya diri dalam mengungkapkan ide-idenya dengan tepat dan lancar. Dari kondisi tersebut, dapat dilihat bahwa masalah utama siswa SMA Negeri 1 Pati dalam berbicara adalah kendala bahasa seperti terbatasnya persediaan kosakata (vocabulary) dan kelacaran (fluency) dalam mengucapkan. Selain itu, faktor lainnya adalah masalah psikologis, sebagian besar siswa kurang memiliki motivasi untuk berbicara bahasa Inggris, dan cenderung pasif dalam kelas. Situasi yang tidak mendukung ini menyebabkan kemampuan berbicara siswa sangat lemah dan tidak berkembang seperti yang telah dilaporkan oleh Fadil, Sumardi, & Ngadiso (2018).

Penerapan metode pembelajaran yang sesuai merupakan salah satu cara yang paling tepat dalam mengatasi sebuah permasalahan dalam pengajaran bahasa. Pemilihan metode tentunya harus disesuaikan dengan karakteristik siswa, salah satunya adalah gaya belajar. Analisis terhadap gaya belajar yang dilakukan oleh Arsyad (2018) terhadap siswa SMA dalam belajar bahasa Inggris menunjukkan bahwa siswa lebih cenderung pada gaya visual. Diantara sejumlah metode visual dalam pengajaran bahasa yang dikenal, penelitian terbaru yang dilakukan oleh Budiharto (2018) telah membuktikan bahwa silent way merupakan salah satu metode visual yang efektif. Metode ini dirancang oleh Gattegno (1972). Lebih lanjut, Budiharto (2018) juga menjelaskan bahwa metode tersebut dapat diterapkan untuk mendorong siswa lebih mandiri dan bertanggung jawab terhadap pembelajarannya. Keunggulan ini dapat menjadi solusi dari masalah bekurangnya jam pelajaran bahasa Inggris pada penerapan kurikulum 2013, dengan kemandirian siswa diharapkan mereka mampu belajar secara mandiri di luar kelas untuk terus mengembangkan kemampuan berbicara.

Lebih lanjut, Abrar dkk. (2018) dalam penelitiannya juga mengungkapkan temuan mengenai upaya yang tepat untuk mengatasi masalah yang dihadapi siswa dalam mengembangkan keterampilan berbicara. Dalam penelitiannya, ditemukan bahwa siswa merasa bahwa berlatih bahasa merupakan cara yang terbaik. Temuan yang cukup menarik dijelaskan bahwa siswa merasa lebih nyaman untuk melakukan praktik yang diucapkan sendiri. Upaya lain yang dikemukakan yakni terkait dengan mempertahankan motivasi positif dengan cara menggunakan teknologi. Dalam temuannya, siswa merasa lebih nyaman menggunakan aplikasi online untuk membantu mereka meningkatkan kepercayaan diri dalam berbicara. Sejalan dengan temuan ini, Bahadorfar & Omidvar (2014) juga menjelaskan bahwa penggunaan teknologi dapat dijadikan upaya yang tepat dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Inggris siswa. Tidak hanya memotivasi siswa, namun juga membuat pebelajaran lebih menarik dan menyenangkan, membantu mereka meningkatkan pembelajaran bahasa mereka dengan cara yang bermanfaat, dan membantu siswa belajar dengan kecepatan mereka sendiri. Salah satu teknologi yang disarankan adalah teknologi internet, salah satunya adalah Text to Speech Whatsapp. Berlandaskan kajian teoritik dan empirik yang telah dijelaskan, penelitian ini dilakukan dengan menerapkan pembelajaran bahasa Inggris dengan metode silent way berbantuan teknologi Text to Speech Whatsapp untuk membantu siswa meningkatkan kemampuan berbicara. 

Efektifitas Metode

Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan pendekatan saintifik. Pada tahap Mengamati, guru memulai pembelajaran dengan melakukan tanya jawab dengan siswa tentang kondisi sekolah, terutama sekolah yang ada di pedalaman, kemudian guru meminta siswa mendengarkan rekaman surat tentang pendidikan. Pada saat mendengarkan rekaman, siswa harus mengisi bagian paragraf yang kosong. Kegiatan ini berlangsung 10 menit.

Kemudian, pada tahap Menanya, siswa mendiskusikan kata kata yang ada untuk melengkapi paragraf. Beberapa siswa menanyakan beberapa kata yang tidak mereka pahami. Guru kadang melemparkan kembali pertanyaan ke siswa lain untuk dijawab. Dari jawaban melengkapi paragraf, guru meminta siswa mengidentifikasi ungkapan yang dipakai. Langkah ini dibatasi 7 menit.

Pada tahap Mengumpulkan Informasi, waktu yang dibutuhkan selama 25 menit. Guru meminta siswa mempelajari ungkapan ungkapan memberi pendapat secara berkelompok dari berbagai sumber seperti buku dan internet. Setelah semua ungkapan terkumpul, siswa diminta mengecek pronounciation mereka menggunakan aplikasi Google Talk yang ada di smartphone masing masing. Guru memberikan aba-aba (tanda) dengan batang bambu pendek berwarna warni, warna kuning untuk meminta pendapat, warna hijau untuk memberi pendapat, warna biru untuk menyetujui pendapat, dan warna merah untuk tidak menyetujui pendapat. Siswa mencatat berapa kali mereka melafalkan dengan benar.

Pada langkah berikutnya, yaitu Mengasosiasi setelah para siswa berhasil mengidentifikasi ungkapan meminta dan memberi pendapat, guru memberikan situasi untuk masing masing kelompok untuk dibuat percakapan. Situasi yang diberikan adalah Bus Station, Barren Forest, Flood, Hospital, Parking Lot, Traditional Market dan Traffic Jam. Masing masing kelompok diminta memilih salah satu situasi yang telah ditetapkan. Waktu yang digunakan adalah 13 menit.

Untuk menilai keterampilan, dilakukan pada tahap Mengkomunikasikan, dalam kelompok siswa melakukan kegiatan  berbicara untuk menanyakan dan memberika pendapat. Masing masing kelompok melakukan percakapan dengan saling memberi nilai pada sebuah rubrik penilaian.

Instrumen pengukuran dalam penelitian ini berupa lembar observasi dan rubrik penilaian speaking. Data hasil pengamatan kerja individu siswa diperoleh dari rekapan pengucapan ungkapan memberi dan meminta pendapat dengan menggunakan text to speech WhatsApp dianalisis menggunakan lembar observasi. Dari kegiatan pengamatan kerja individu tersebut akan diperoleh frekuensi pengulangan berbicara siswa. Selain itu, rubrik penilaian speaking juga digunakan untuk menilai keterampilan berbicara siswa melalui individual performance test. Rubrik penilaian terdiri dari lima aspek yakni speaking, fluency, structure, vocabulary, dan eye-contact dengan skor 1-6. Skor yang diperoleh oleh siswa kemudian dikonversi dan diklasifikasi ke dalam enam level (Tabel 1).

Analisis dilakukan dengan menghitung persentase siswa dalam setiap level. Indikator keberhasilan yang digunakan untuk mengukur peningkatan keterampilan berbicara yakni i) jika pada setiap siklus tindakan, keaktifan siswa dalam pemanfaatan Text to Speech mencapai batas minimal 80% dan frekuensi pengulangan berbicara menurun pada siklus dua dan ii) persentase siswa yang mencapai tingkat excellent performance meningkat pada siklus dua.

NomerLevelKeteranganSkor
1AExcellent26-30
2BVery good21-25
3CGood16-20
4DFair11-15
5EPoor5-10
6FVery poor0-5
Tabel 1. Level Kemampuan Berbicara

Pengulangan Berbicara dengan Memanfaatkan Text to Speech di WhatsApp

Pada siklus satu, siswa memiliki tingkat kelancaran dalam berbicara yang memadai, namun masih terdapat sebagian besar siswa yang harus mencoba lebih dari lima kali untuk kata atau ungkapan tertentu. Hasil pengamatan kerja individu pada siklus ini menunjukkan setidaknya tercatat 722 kali pengulangan berbicara. Pada siklus kedua, hasil pengamatan kerja individu menunjukkan setidaknya tercatat 355 kali pengulangan berbicara, mengalami penurunan hingga lebih dari setengah kali. Frekuensi pengulangan berbicara pada kedua siklus disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Frekuensi Pengulangan Berbicara

Kemampuan Berbicara dengan Ungkapan Memberi dan Meminta Pendapat

Pada siklus satu, hasil individual performance test untuk praktik dialog tentang ungkapan memberi dan meminta pendapat cukup memuaskan. Persentase siswa yang berada pada level very good sebesar 66,7%. Persentase siswa yang berada pada level good sebesar 30,6%. Hanya ada satu peserta didik atau sebesar 2,78% yang berada pada level excellent, namun tidak ada peserta didik yang berada pada level fair atau dibawahnya. Sedangkan, pada siklus dua, persentase siswa yang berada pada level excellent meningkat menjadi 25% dan berada pada level very good tetap yakni sebesar 66,7%. Sedangkan persentase siswa dengan level good menurun menjadi hanya sebesar 8,3%. Persentase siswa yang memiliki level kemampuan berbicara excellent dan good pada kedua siklus disajikan pada Gambar 2 dan 3.

Gambar 2. Persentase Siswa pada Level Excellent

Gambar 2. Persentase Siswa pada Level Good

PEMBAHASAN

Penurunan frekuensi pengulangan berbicara dan peningkatan persentase siswa pada level excellent menunjukkan bahwa metode silent way berbantuan text to speech di WhatsApp terbukti dapat membantu siswa untuk meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Inggris. Hasil ini memberikan penguatan sejumlah hasil penelitian sebelumnya mengenai keefektifan silent way. Selain Budiharto (2018) seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, penelitian lain yang dilakukan oleh Riski, Rahman, & Sadik (2018) juga menunjukkan bahwa silent way efektif dalam meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Bahkan dalam penelitiannya diungkapkan bahwa siswa memiliki sikap yang positif terhadap metode ini. Lebih lanjut juga dijelaskan bahwa peningkatan ini tidak terlepas dari kesesuaian gaya belajar dengan metode yang dipakai sehingga siswa merasa belajar lebih nyaman dan menyenangkan. Jauh sebelumnya, Syaiun (2015) telah membuktikan bahwa silent way memberikan media visual yang cocok dengan karakteristik siswa saat belajar bahasa, siswa terlihat antusias dan aktif dalam pembelajaran. Metode ini diyakini dapat meningkatkan perbendaharaan kosa kata siswa dan meningkatkan kepercayaan diri siswa. Dengan demikian, metode silent way dapat dikatakan mampu menciptakan pembelajaran bahasa Inggris yang lebih baik terutama dalam meningkatkan keterampilan berbicara karena dapat mengurangi hambatan siswa baik dari segi kendala bahasa maupun psikologis siswa, seperti yang dialami oleh siswa SMAN 1 Pati.

Penurunan pengulangan pengucapan kalimat berbahasa Inggris dengan memanfaatkan aplikasi text to speech WhatsApp telah menunjukkan bahwa pengucapan peserta didik sudah lebih bagus dan sesuai dengan standar Bahasa Inggris Amerika seperti yang menjadi standar Google. Pada siklus kedua, kelancaran dan ketepatan keterampilan berbicara monolog peserta didik meningkat dibandingkan dengan siklus satu. Mereka mulai terbiasa mengucapkan kalimat berbahasa Inggris untuk meminta dan memberi pendapat. Hasil ini membuktikan bahwa penggunaan text to speech WhatsApp seiring dengan tujuan dari silent way yang berfokus pada koreksi pronunciation. Selain itu, kondisi pembelajaran ini juga menunjukkan bahwa penggunaan teknologi dapat meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Azmi (2017) Kalanzadeh, Soleimani, & Bakhtiarvand (2014) dan Amine, Benachaiba, & Guemide (2012) juga menunjukkan hasil yang sama bahwa teknologi dapat meningkatkan motivasi siswa sebagai faktor yang paling diperhitungkan dalam pembelajaran bahasa Inggris. Siswa dengan kecemasan yang lebih tinggi dan motivasi yang rendah memiliki kesulitan serius dalam keterampilan berbicara meskipun memiliki bahasa yang dapat diterima, sebaliknya siswa yang memiliki motivasi lebih tinggi dan kecemasan lebih rendah dapat berbicara dengan mudah dan efektif  (Leong & Ahmadi, 2017).

Dalam pembelajaran bahasa terutama dalam kaitannya pengembangan keterampilan berbicara mempunyai karakteristik yakni penilaian terhadap kesalahan ketika siswa salah dalam pengucapan. Pemberian umpan balik secara langsung memang dibutuhkan dalam memberikan koreksi, namun juga berpotensi menurunkan motivasi dan meningkatkan kecemasan siswa saat pembelajaran berlatih berbicara di dalam kelas (Mukminin dkk., 2015). Penelitian yang dilakukan oleh Sheen (2006) menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai dengan umpan balik secara tidak langsung. Seperti yang telah dijelaskan dalam literatur sebelumnya, siswa merasa lebih nyaman belajar sendiri. Meskipun beberapa siswa merasa lebih nyaman dengan teman sekelas, akan tetapi sebagian besar siswa tidak merasa nyaman dengan hal itu, apalagi dengan teman yang memiliki kemampuan bahasa Inggris yang lebih tinggi. Dalam aplikasi metode ini, penggunaan text to speech di WhatsApp menekankan pada Menemu, yaitu Menulis dengan Mulut. Pemanfaatan text to speech di WhatsApp untuk membuat peserta didik bisa mengucapkan kata dan kalimat berbahasa Inggris dan sekaligus mengecek ke akuratan bunyi ungkapan mereka. Dengan adanya text to speech, koreksi secara langsung dapat dilakukan namun dalam hal ini koreksi tidak diberikan oleh guru, tutor, maupun teman, melainkan oleh aplikasi internet. Dengan teknologi ini, siswa merasa lebih nyaman dalam belajar karena seperti memiliki tutor virtual. Hasil penelitian ini sejalan dengan Hall (2012) yang menyaakan bahwa metode pembelajaran monolingual seperti yang dilakukan pada penelitian ini dapat meningkatkan kenyamanan dalam belajar berlatih bahasa.

Dibaca 1449x
Lainnya

Info Sekolah

SMA Negeri 1 Pati

NPSN 20339021
Jl. P. Sudirman No. 24 Pati Jawa Tengah
TELEPON 085799339151
EMAIL [email protected]
WHATSAPP 6285799339151